Rabu, 17 Februari 2010

Security Banking

Belakangan ini marak terjadi pembobolan uang di bank melalui pencurian data nasabah, sebagian besar masalah yang dihadapi bank adalah kadang bank melakukan berbagai hal hanya untuk mendapatkan keuntungan. Dengan menggunakan jaringan yang tertutup, sering kali pihak bank merasa bahwa masalah security tidak perlu dikhawatirkan. Padahal, dengan kemajuan internet saat ini, bank harus meningkatkan sumber daya, pengetahuan, dan juga security system mereka Salah satu faktor utama yang menyebabkan kejahatan di ATM adalah keamanan yang tidak terjamin.

Banyak ATM yang tidak dilengkapi sistem keamanan memadai sehingga dengan mudah dimanfaatkan pelaku kejahatan. “Saya kira Bank Indonesia harus lebih menekankan bahwa salah satu bagian IT security di perbankan adalah keamanan ATM. Bagaimana kalau bisa disusupi?” ujar Ruby Z Alamsyah, pakar forensik teknologi informasi, kepada Kompas.com, Rabu (20/1/2010).

Skimmer dalam istilah sederhana berarti alat yang bisa digunakan untuk aktivitas pencurian informasi yang dilakukan dari kartu nasabah, baik dari kartu ATM maupun kartu kredit. Dengan memasang alat ini di mulut ATM, pelaku bisa mendapatkan data di kartu nasabah. Kemudian tinggal memasukannya ke dalam kartu ATM bodong. Sementara untuk pin, pelaku menggunakan kamera pengintai mungil.

Ruby Alamsyah, seorang ahli forensik digital memaparkan, meski kemampuan alat ini terbilang canggih namun harga yang dibanderol cukup 'terjangkau', yakni cuma Rp 1,5 juta. Dengan harga itu sudah mendapatkan skimmer reader untuk mencuri informasi dari kartu nasabah.

"Namun kalau skimmer set yang lengkap harganya bisa mencapai US$ 1500 (sekitar Rp 15 juta), itu sudah pembaca kartunya, software, kartu ATM bodong, hingga kamera pengintai," tukasnya kepada detikINET.

Ironisnya, kata Ruby, meski alat ini diketahui sangat berbahaya jika disalahgunakan, namun penjualannya dibebaskan tanpa pengaturan khusus. Di pusat perbelanjan di Jakarta dan Tanggerang pun bisa ditemui.

"Alat ini (skimmer-red.) masih dijual umum untuk kebutuhan tertentu, untuk perbankan atau klub-klub yang ingin membuat kartu anggota misalnya. Bisa segala macam kebutuhan, termasuk untuk disalahgunakan, " tukasnya.

Namun coba lihat dampak negatif yang bisa ditimbulkannya. Berawal dari segelintir laporan yang masuk soal raibnya simpanan di rekening, kini laporan serupa kian menggurita dan menimbulkan kerugian hingga miliaran.

Di Amerika Serikat sendiri, aksi skimming sudah bukan barang baru. Hanya saja seruan sosialisasi ataupun tindak antisipasi dari perbankan di Negeri Paman Sam sudah kuat.

Nah, hal inilah yang sepertinya kurang diperhatikan kalangan perbankan nasional. Setelah aksi skimming terdengar gaungnya lantaran ramai-ramai disorot media nasional, baru mereka pusing mencari cara penanganan. Telat memang, aksi kejahatan sudah banyak, kerugian sudah menggunung, baru mereka bergerak.

Pun demikian, sejumlah bank bukannya tak mau melakukan antisipasi sebelumnya. Menurut Ruby, saat ini sebenarnya juga sudah ada beberapa bank (BCA dan Mandiri) yang memasang anti skimmer di ATM-nya. Namun, jumlahnya masih sangat sedikit.

Semoga dengan kejadian ini dapat membuat kita lebih baik lagi dan tidak telat melakukan antisipasi dan juga memperbaiki lagi system keamanannya, Sehingga dapat mencegah terjadi pembobolan yang belakangan ini marak terjadi yang merugikan para nasabahnya.


Referensi :
www.kompas.com
www.detiknet.com